EFIKASI DIRI WARGA BELAJAR TERHADAP CAPAIAN HASIL BELAJAR
Muktiono Waspodo
PENDAHULUAN
Mutu pendidikan nasional tidak dapat
bertumpu hanya pada pendidikan formal, tetapi juga pada pendidikan nonformal.
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan nonformal (luar
sekolah) mempunyai ciri khusus, yaitu kegiatan pendidikannya dikelola dan
diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal. Program pendidikan nonformal
antara lain meliputi pendidikan keaksaraan yang bertujuan untuk pemberantasan
buta aksara dan peningkatan ketrampilan fungsional; pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan C), dan pendidikan
berkelanjutan melalui kegiatan kursus/pelatihan yang sesuai kebutuhan
masyarakat.
Pendidikan kesetaraan memiliki peran yang
strategis untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang belum terpecahkan
secara menyeluruh oleh penyelenggaraan pendidikan formal. Ishak Abdulhak (2003:
14-25) mengemukakan bahwa persoalan sekarang, bagaimana lembaga pendidikan
nonformal memaknai dan mengembangkan program untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat tersebut sehingga anggota masyarakat
memiliki sumber daya yang berkualitas. Kondisi ini memiliki keterkaitan
terhadap strategi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan
nonformal agar dilaksanakan dengan cermat dan berkesinambungan.
Dalam konteks artikel ini, akan difokuskan pada Program Paket B
setara SLTP yang secara resmi telah dimulai sejak tahun 1994. Program ini
diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang karena
tidak dapat mengikuti atau menyelesaikan pendidikan di SLTP. Program Paket B
ini juga dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun. Program pembelajaran diselenggarakan
dengan memperhatikan kebutuhan belajar masyarakat.
Dalam
rangka mendukung pelaksanaan program kejar paket B, perlu menyiapkan tutor yang
berkompeten, salah satunya kemampuan
tutor menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik warga
belajar. Tanpa adanya kemampuan Tutor, maka sulit untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Tidak ada strategi yang terbaik untuk semua
karakteristik sasaran dan tujuan pembelajaran. Untuk itu diperlukan kecermatan
dan kreatif tutor dalam rangka
membelajarkan warga belajarnya.
Hasil pemantauan di lapangan menunjukan
bahwa masih banyak tutor yang menggunakan strategi konvensional yang lebih
menekankan pada penggunaan metode ceramah. Pola pembelajaran yang dikembangkan
kurang kondusif, warga belajar hanya menjadi obyek pembelajaran. Kondisi ini
kurang dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, sehingga dapat
mengakibatkan prestasi belajar yang dicapai juga kurang optimal. Tutor hanya
memberikan pelajaran dengan konsep-konsep materi pelajaran yang bersifat hafalan
saja. Proses pembelajaran yang demikian dapat mendorong interaksi yang searah
yaitu hanya dari Tutor kepada warga belajar saja. Proses pembelajaran kurang
terjadi timbal balik yang dialogis. Kondisi pembelajaran yang demikian
menyebabkan warga belajar kurang termotivasi, karena warga belajar hanya akan
berusaha menghafal materi yang diberikan oleh tutor, tanpa berusaha mencari dan
mengembangkan pengetahuan lebih lanjut mengenai materi IPS-Ekonomi.
Berdasarkan analisis empirik terhadap
kondisi pembelajaran IPS-Ekonomi pada Paket B, terdapat beberapa permasalahan
yang memerlukan alternatif pemecahannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang
sistematis dalam rangka mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan karakteristik warga belajar. Hal ini dimaksudkan
sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Jenis strategi pembelajaran seperti apa
yang dapat diduga mempengaruhi hasil belajar warga belajar? Terdapat berbagai
strategi pembelajaran yang saat ini berkembang dalam bidang pendidikan, namun
yang akan dikaji dalam artikel ini adalah strategi pembelajaran kooperatif dan
ekspositori. Kedua strategi pembelajaran ini diduga berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar warga belajar paket B, khususnya pada materi
pelajaran IPS-Ekonomi. Selain faktor tutor, pencapaian hasil belajar juga
ditentukan oleh potensi bawaan individu dan karakteristik
warga belajar itu sendiri. Faktor kepribadian menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan sebagai potensi bawaan individu yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah tingkat efikasi diri (self efficacy)
warga belajar.
PEMBAHASAN
Belajar
dan Pembelajaran
Menurut Gagne (1989: 3) belajar adalah proses
perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang dicapai selama kurun
waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang
dimaksudkan disini adanya perbedaan perilaku warga belajar setelah mereka
mengikuti kegiatan pembelajaran. Belajar
merupakan perubahan relatif permanen dari potensi perilaku yang terjadi dan
dapat diamati Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sukmadinata (2003;
186-190) menegaskan belajar merupakan kegiatan mental individu yang kompleks
dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pikir yang belajar. Hasil
belajar dapat dikaitkan dengan
terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau kemampuan seseorang
dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap (Gagne, 1989: 4-7).
Gagne berpendapat bahwa dalam belajar
terdiri dari 3 komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Menurut Gagne
(1989: 189) belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersebut
menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri atas informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.
Pengertian tersebut didukung oleh pernyataan
Gredler (1991:188-189) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku manusia yang
dapat diinferensikan dengan membandingkan tingkah laku sebelum dikondisikan
dalam situasi belajar dengan tingkah
laku yang ditujukan setelah adanya perlakuan. Belajar merupakan suatu proses
yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman
yang diperolehnya. (Gage dan Berliner, 1984: 252). Belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang
yang belajar, sehingga mereka akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan
kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki secara penuh, menyadari dan dapat
menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya (Dimyati dan
Mudjiono, 2002: 115-117).
Menurut teori belajar conditioning Pavlov, belajar adalah suatu proses mengasosiasikan
respon yang sudah dimilikinya dengan stimulus baru atau isyarat (Gagne, 1989:
4). Implikasi pada pembelajaran dari teori tersebut, menekankan pada
pengkondisian proses pembelajaran secara ketat sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Thorndike melakukan percobaan (instrumental condisioning), dan
dibuktikan terjadi pembentukan hubungan antara rangsangan dan perilaku
tertentu. Terdapat tiga hukum pembelajaran dalam teori Thorndike yakni hukum
hasil (law of effect), hukum latihan
(law of exercise), hukum kesiapan (law of readiness). Atas dasar ketiga hukum ini, maka pembelajaran akan
lebih efektif apabila memberikan hasil yang memuaskan, disertai dengan banyak
latihan dan memiliki kesiapan untuk belajar.
Dalam proses pembelajaran, unsur yang perlu
diperhatikan terutama pada aspek perbedaan individual, kesiapan untuk
pembelajaran, dan motivasi. Dalam mengembangkan suasana kelas yang kondusif,
teori Skinner menyarankan sebagai berikut; (1) menganalisis keadaan lingkungan
kelas; (2) mengembangkan hal-hal yang dapat menjadikan peneguhan positif; (3)
memilih perilaku pembelajaran yang akan diterapkan di kelas; (4) menerapkan
perilaku pembelajaran, dengan pengendalian untuk mencatat dan menyesuaikan jika
diperlukannya. Teori belajar pengolahan informasi yang menjabarkan bahwa proses
belajar sebagai suatu gambaran sistem syaraf pusat manusia. Karena mengacu pada
proses kognitif, maka proses neurofisiologi menjadi penting bila menggambarkan
teori psikologi belajar kognitif (Romiszowski, 1981:10).
Reigeluth (1983: 40-41) mengemukakan
terdapat dua teori utama yang melandasi kegiatan pembelajaran pada umumnya
yakni; teori pembelajaran deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif. Teori
pembelajaran deskriptif lebih berhubungan dengan warga belajar dalam kegiatan
pembelajaran. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana proses pembelajaran itu
berlangsung. Sedangkan teori pembelajaran preskriptif menjelaskan bagaimana
kiat-kiat guru dalam membimbing siswa selama proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Reigeluth (1983:19)
pembelajaran sebaiknya didasarkan pada
teori pembelajaran yang bersifat
preskriptif, yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah
belajar, dengan memperhatikan 3 variabel kondisi, metode dan hasil.
Dalam konsep teknologi pendidikan,
Yusufhadi Miarso (2004: 528) menegaskan
istilah pembelajaran (instruction)
dibedakan dengan pengajaran (teaching).
Pembelajaran, disebutkan juga kegiatan pembelajaran atau instruksional adalah
usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara
positif tertentu dalam kondisi tertentu.
Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar
kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi/formal.
Menurut Undang-undang No 20 tahun 2003, pasal 1 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Romiszowski
(1981: 110-126) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu perangkat kegiatan
yang mempengaruhi orang yang belajar sedemikian rupa sehingga terjadinya proses
pembelajaran. Proses pembelajaran
melibatkan dan mengarahkan
aktivitas warga belajar untuk mencapai berbagai tujuan yang telah direncanakan
secara sistematis. Variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1)
kondisi pembelajaran yaitu faktor yang mempengaruhi efek metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran; (2) metode pembelajaran, yaitu cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil yang berbeda pada kondisi yang berbeda; (3) hasil
pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang berbeda (Reigeluth,
1983 : 42-46).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka
terdapat empat prinsip penting dalam belajar yakni; (1) belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman/latihan yang dilakukan secara
sadar; (2) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (relatif menetap);
(3) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan
memberikan manfaat bagi individu; (4) belajar merupakan perubahan yang terarah
dalam \mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran (instruction) adalah usaha untuk mengelola lingkungan dengan
memanfaatkan aneka sumber belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu.
Hasil Belajar
Gagne, Briggs dan Wager (1979 : 24-30)
mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diamati melalui kinerja warga belajar.
Terdapat lima jenis hasil belajar yaitu (1) keterampilan intelektual, yakni
suatu kemampuan membuat seseorang menjadi kompeten terhadap suatu subjek
sehingga mereka dapat mengelompokkan, mengidentifikasi, mendemonstrasikan dan
menggenerali-sasikan suatu gejala, (2) strategi kognitif, yaitu kemampuan
seseorang untuk dapat mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi
masalah yang dihadapi orang tersebut, (3) informasi verbal, yaitu kemampuan
seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulisan dalam
mengungkapkan suatu masalah, (4) Sikap, yaitu kecenderungan untuk menerima atau
menolak suatu objek, (5) keterampilan motorik, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengkoordinasikan gerakan otot secara teratur dan lancar dalam keadaan sadar.
Reigeluth (1983: 36-52) mengemukakan bahwa
hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga indikator,
yaitu (1) efektivitas pembelajaran yang biasanya diukur dari tingkat
keberhasilan siswa dari berbagai sudut, (2) efisiensi pembelajaran, yang
biasanya diukur dari waktu belajar dan/atau biaya pembelajaran, dan (3) daya
tarik pembelajaran yang selalu diukur
dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Menurut Bloom
(1956: 17-18), hasil belajar adalah perolehan warga belajar setelah mengikuti
proses belajar dan perolehan belajar meliputi tiga bidang kemampuan yaktu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi perolehan
hasil belajar dengan tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kemampuan afektif meliputi jenjang penerimaan,
pemberian respon, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik. Sedangkan
kemampuan psikomotorik meliputi tingkat persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan biasa, dan gerakan komplek,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Reigeluth (1983: 4-8) mengatakan bahwa
hasil belajar dirumuskan sebagai perilaku yang dapat diamati yang menunjukan
kemampuan yang dimiliki seseorang. Penilaian dan belajar menurut Shavelson,
Baxter dan Pine, merupakan dua sisi mata uang. Metoda yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data pembelajaran dipergunakan untuk memberikan informasi
bagaimana tutor harus mengajar dan bagaimana warga belajar harus belajar (1997,
http://www.nap.edu/nap/online/nses/orde.html: 2).
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai warga belajar
setelah selesai mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu
Strategi
Pembelajaran
Dick dan Carey (1990: 106) mengatakan,
strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama materi tersebut. Terdapat 5 komponen
strategi pembelajaran yakni; (1) kegiatan pembelajaran pendahulu-an, (2)
penyampaian informasi; partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5)
kegiatan lanjutan. Menurut Atwi Suparman
(1987: 165-191) strategi pembelajaran merupakan perpadu-an dari urutan kegiatan
dan cara pengorganisasian materi pelajaran, warga belajar, peralatan dan bahan,
serta waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Briggs (1979: 14) mengatakan strategi
pembelajaran berkaitan dengan penentuan urutan yang memungkinkan tercapainya
tujuan-tujuan dan memutuskan bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan
instruksional bagi masing-masing individu. Yusufhadi Miarso (2005: 530)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh
pembelajaran dalam sistem suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum
dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan
dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu.
Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan alternatif yang
didasari oleh suatu pola sebagai tindakan pada serangkaian kegiatan
pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini
menerapkan 2 (dua) jenis strategi pembelajaran yaitu kooperatif (cooperative) dan ekspositori (expository).
Strategi Pembelajaran Kooperatif.
Menurut Arends (1998: 223), strategi
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada warga belajar (learner-centered principles of learning) Stahl (1994: 19)
mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) belajar bersama
teman, (2) terjadi tatap muka dengan teman, (3) saling mendengar pendapat
teman, (4) produktif berbicara, keputusan tergantung pada warga belajar
sendiri, dan (5) warga belajar dapat aktif dalam belajar. Selanjutnya Stahl
(1994: 10-15), mengemukakan beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan
dan diupayakan oleh tutor dalam menggunakan strategi kooperatif di kelas, yakni
sebagai berikut: (a) Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran. (b) Penerimaan yang
menyeluruh oleh warga belajar tentang tujuan belajar. (c) Ketergantungan yang
bersifat positif. (d) Keterbukaan dalam interaksi pembelajaran. (e) Tanggung
jawab individu. (f) Pengakuan dan penghargaan kelompok yang sukses. (h) Sikap dan perilaku sosial yang positif.
(i) Debriefing (refleksi dan internalisasi), dan (j) Kepuasan dalam belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat di
atas yang dimaksud dengan strategi pembelajaran kooperatif strategi
pembelajaran yang lebih menekankan pada kerjasama antar warga belajar dalam
kelompok belajar sehingga diharapkan dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
Strategi Pembelajaran
Ekspositori.
Romiszowski (1981:292-293)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran ekspositori didasarkan pada teori
pemrosesan informasi. Strategi ini erat kaitannya dengan pendekatan deduktif
dimana metode ini dimulai dengan penyajian informasi mengenai prinsip atau
kaidah kemudian diikuti dengan tes penguasaan, penerapan dalam bentuk contoh
dan penerapan pada situasi tertentu. Nana Syaodih (2003:183) mengemukakan bahwa
bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi serta disampaikan oleh
tutor. Warga belajar berperan pasif, mereka berusaha menerima, menghafal,
memahami dan menggunakan pengetahuan yang diberikan tutor. Mereka juga berusaha mengerjakan latihan, dan tugas yang diberikan oleh tutor. Penggunaan
strategi pembelajaran ini lebih praktis terutama dirasakan bila menghadapi
jumlah warga belajar yang sangat banyak, keterbatasan sarana dan prasarana
belajar, keterbatasan biaya serta waktu belajar.
Pada penerapan strategi tersebut,
warga belajar diharapkan siap untuk menerima apa yang diberikan oleh tutor atau
mengikuti apa yang diberikan oleh tutornya. Strategi ini cenderung menekankan
penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi, atau pengalaman
pribadi dengan menggunakan teknik ceramah, demonstrasi, diskusi dan laporan
studi. Dengan demikian peran tenaga pengajar menjadi lebih dominan dibandingkan
dengan warga belajarnya.
Strategi pembelajaran ekspositori
merupakan kegiatan pembelajaran yang terpusat pada tutor. Dengan demikian tutor
aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan materi
pelajaran/pokok bahasan. Dimyati (2002: 172-173) mengemukakan bahwa peranan
tutor yang penting adalah sebagai berikut: (1) penyusunan program pembelajaran;
(2) pemberian informasi yang benar; (3) pemberian fasilitas belajar yang baik;
(4) pembimbing warga belajar dalam pemrolehan informasi yang benar dan (5)
penilaian pemrolehan informasi. Yusufhadi Miarso, (2005: 531) mengemukakan
bahwa peran warga belajar yang penting adalah; (1) pencari informasi yang
benar; (2) pemakai media dan sumber yang
benar; (3) menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian tutor. Penerapan strategi ekspositori ini
berlangsung sebagai berikut; (1) informasi disajikan kepada pembelajar; (2)
diberikan tes penguasaan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu; (3)
diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal, dengan jumlah dan
tingkat kesulitan yang bertambah; diberikan kesempatan penerapan informasi baru
dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
Dengan demikian yang dimaksud
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada
proses deduktif, pembelajaran yang didasarkan pada proses meaningful reception learning Strategi
ini cenderung menekankan penyampaian
informasi yang bersumber dari buku teks, referensi atau pengalaman pribadi
dengan menggunakan teknik ceramah, demonstrasi, diskusi dan laporan studi.
Efikasi
Diri
Bandura (1993:146) mengemukakan
efikasi diri adalah suatu keyakinan
individu bahwa dirinya mampu mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas dengan baik. Terdapat dua jenis efikasi diri menurut
Bandura yaitu efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah. Seseorang yang memiliki efikasi diri
tinggi, ia melihat dirinya mampu berhubungan dengan orang lain dan pengaruh
yang terjadi akibat dari interaksi/hubungan tersebut. Orang yang memiliki efikasi
diri tinggi memiliki usaha yang kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang relatif sulit dan mereka
tidak memiliki perasaan gagal terhadap kemampuannya. Efikasi diri tinggi memiliki harapan yang
kuat untuk sukses. Orang yang memiliki efikasi diri rendah pada umumnya
dihinggapi perasaan gagal, akhirnya menuju kepada hasil yang kurang memuaskan
dan menjadikan kepercayaan dirinya rendah. Bandura mengemukakan bahwa Efikasi
diri diperoleh melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber yakni performance experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological state. Kro’s (1995:
291-293) mengutip Bandura bahwa efikasi diri mempengaruhi bagaimana perasaan
seseorang, berfikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku.
Menurut Schunk yang dikutip oleh Juleha (2001: 97-100) bahwa
efikasi diri dalam proses belajar adalah keyakinan warga belajar terhadap
kemampuan koginitifnya untuk menyelesaikan tugas atau tujuan khusus yang
terkait dalam kegiatan pembelajaran. Hjelle dan Ziegler (1992: 363) berpendapat
efikasi diri adalah penilaian yang
dilakukan warga belajar untuk menilai kemampuannya sendiri dalam melaksanakan
tugas dengan baik. Kemampuan diri membantu warga belajar untuk memilih tujuan
yang diharapkan serta menentukan besarnya usaha yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Carol A. Decker (1996:14).
mengemukakan bahwa terdapat empat sumber yang mempengaruhi efikasi diri yakni:
perbuatan (refleksi hasil kegiatan diri sendiri), kesenangan (didasarkan
perbandingan antara diri sendiri dengan orang lain), persuasori (hasil
bujukan), emotif (perasaan yang dialaminya) Newlin menunjukkan, efikasi diri
memiliki hubungan yang bervariasi terhadap perilaku, termasuk: produktivitas
organisasi, pilihan karir, penurunan berat badan, kemampuan akademik dan
kemampuan pemasaran. Efikasi diri mempengaruhi tingkat usaha seseorang, yakni
ketahanannya terhadap tugas, pilihan terhadap tugasnya dan peniruan perilaku (http://www. wadsworth.com/ psychology). Efikasi diri menurut
Staples, terkait dengan perilaku individu, lingkungan dan faktor kognitif yang
saling berhubungan. Seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi, percaya bahwa ia mampu menguasai tantangan,
sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah, nampak menurun usahanya atau bahkan
tidak melakukan apa-apa (http://www.ascuss.org/wwwboard/wwwboard.html). Pajares
(1996:20-35) mengemukakan bahwa efikasi diri sebagai suatu keyakinan individu
yang dapat mempengaruhi tindakan belajar dan kemauan untuk menyelesaikan tugas
yang terkait tujuan pembelajaran.
Newlin (1995: 1)
mengemukakan, paling tidak ada tiga
sumber yang penting dalam formasi efikasi diri yakni; (1) seseorang melihat
pelaksanaan tugasnya sendiri, atau apa yang telah mereka perbuat pada waktu
lampau. Perlaksanaan tugas yang berhasil mendorong efikasi diri
seseorang menjadi tinggi; (2) informasi penting bersumber dari berbagai
pengalaman, atau pengamatannya terhadap kinerja orang lain. Melihat seseorang
dapat melaksanakan tugas dengan baik dapat meningkatkan efikasi diri; (3)
informasi penting yang bersumber dari persuasi verbal. Argumen yang didukung
oleh kemampuan untuk melaksanakan tugas dapat meningkatkan efikasi diri.
Efikasi diri
seseorang dapat diketahui melalui
kecakapannya, komunikasi dengan orang lain serta emosinya, sebagaimana
dikemukakan oleh Pitzer dan Meyer, kecakapan personal adalah sumber informasi,
sebagai bagian pengalaman hidup yang memiliki kontribusi kepada konsep diri,
persuasi verbal dan bentuk lain dari pengaruh sosial, memiliki kontribusi pada kepekaan efikasi
diri (http://www.cyfc.umn.edu Parenting/Familylife/
olderlearners.html).
Efikasi diri menurut Cassidy, diidentifikasi sebagai salah
satu faktor yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam
menghadapi tugasnya secara menyeluruh. Efikasi diri ditentukan oleh; pengalaman
seseorang sebelumnya seperti baik atau tidak baik; pengalaman yang mewakilinya
seperti pengamatannya terhadap kesuksesan dan kegagalan; persuasif verbal,
misalnya dari teman sebaya, kolega atau relasinya yang menyebabkan keyakinan
dan keraguan serta keadaan fisiknya seperti adanya kelelahan fisik dan
ketegangan yang mengakibatkan kecemasan dirinya (http://www. salford.ac.uk/healthSci/Selfeff.html,1998). Efikasi diri sebagai
pengontrol dan pengarah tindakan individu
terhadap pilihan untuk melakukan tindakan (choice behavior) dan usaha atau unjuk kerja individu guna
merealisasikan tindakan (effort
performance)
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan
dirinya mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan dalam menghadapi
situasi dan tugas tertentu mencakup dimensi performance
experience, vicarious experience,
verbal persuasion, dan physiological state.
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Warsito (2004. 92-109) untuk mempelajari secara empirik
hubungan self efficacy, penyesuaian akademik, dan prestasi akademik mahasiswa,
temuan pada penelitian ini menunjukan hubungan kausal yang bersifat positif,
apabila seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih merasa sukses
dan memiliki kinerja yang lebih besar dalam
prestasi akademik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki efikasi
rendah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Bouffart, Parent, dan Larivee
(1991: 153-154) diketahui bahwa para mahasiswa dengan efikasi tinggi yang
sukses dalam memecahkan masalah tampak kinerjanya lebih besar dan tetap
bertahan lama belajar dibandingkan dengan efikasi diri yang lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Julaeha (2001: 97-100), menunjukan bahwa
perbuatan belajar yang terjadi pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh
keadaan efikasi dirinya. Apabila kegiatan belajar mengarah kepada perbuatan
yang positif, seperti keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya untuk
mengatasi situasi keadaan, dan berusaha keras, tidak mudah menyerah dengan
rintangan yang ada, maka warga belajar akan dapat mencapai prestasi hasil
belajar yang tinggi pula.
Strategi pembelajaran kooperatif
dan ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang dapat digunakan Tutor
dalam mengarahkan warga belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pembelajaran kooperatif memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran
yang kondusif bagi warga belajar untuk
belajar bekerjasama dalam kelompok secara efektif, lebih banyak memberikan
kesempatan kepada warga belajar untuk aktif terlibat proses konstruksi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam kelompok-kelompok, penghargaan prestasi tidak hanya diberikan
untuk individu tetapi juga untuk kelompok, dan tingkat kemampuan warga
belajar lebih terkontrol. Sedangkan
strategi pembelajaran ekspositori lebih menekankan pada pengembangan kemampuan
belajar menerima (reception learning).
Warga belajar
yang memiliki efikasi diri tinggi, terdapat keyakinan dalam melaksanakan
tugasnya dengan baik. Mereka memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas yang sulit dan merasa yakin terhadap kemampuannya untuk
menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Dalam pembelajaran
kooperatif selain memungkinkan warga belajar untuk lebih berhasil dalam
belajar, juga memungkinkan bagi warga belajar untuk mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilannya secara penuh dalam suasana yang terbuka dan
demokratis. Lingkungan pembelajaran tersebut, bagi warga belajar yang memiliki
efikasi diri tinggi tidak akan merasa terhambat untuk berinteraksi dalam
kelompok.
Warga belajar
yang memiliki efikasi diri rendah, terdapat keraguan dalam melaksanakan
tugasnya dengan baik. Keraguan atas kemampuan dirinya menyebabkan warga belajar
tersebut menjadi kurang percaya diri sehingga berusaha menghindari tugas-tugas
yang dianggap sulit baginya. Pada umumnya mereka merasa tidak akan mampu untuk menyelesaikan
tugas dengan baik. Pada umumnya warga belajar cenderung pasif dan kurang berani
untuk berinisiatif sendiri dalam kegiatan pembelajaran.
Penggunaan
strategi pembelajaran ekspositori, menuntut tutor untuk lebih aktif
memfasilitasi warga belajar untuk belajar dan tetap memerlukan keterlibatan warga belajar dalam proses
pembelajaran. Dalam kondisi demikian warga belajar yang memiliki efikasi diri
rendah akan merasa lebih tenang untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Warga belajar tidak merasa tertekan untuk
melakukan aktivitas belajar dalam
kelompok. Mereka akan memperhatikan dengan seksama materi pelajaran yang
diberikan oleh tutor tersebut
Strategi pembelajaran
dipilih dengan maksud untuk mempermudah pencapaian hasil belajar warga belajar.
Dengan demikian strategi pembelajaran yang baik, apabila sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan karakteristik individu warga belajar. Pembelajaran yang
menyenangkan bagi warga belajar, apabila dirasakan oleh warga belajar
kenyamanan dan kesempatan berinteraksi belajar bersama dengan warga belajar
lainnya, maka akan meningkatkan kepercayaan dirinya untuk menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Pembelajaran yang
kondusif akan terwujud, jika tutor
memperhatikan perbedaan individu warga belajar, salah satunya adalah tingkat
efikasi diri warga belajar. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari dalam
pengelolaan kelas, setiap tutor perlu mempertimbangkan berbagai perbedaan
individu yang terjadi pada warga belajarnya. Efikasi diri akan berpengaruh
terhadap pikiran dan tindakan dirinya untuk melaksanakan tugas dan pencapaian
hasil belajar.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi
hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pertama.
Strategi kooperatif dapat diterapkan pada warga belajar yang memiliki efikasi
diri tinggi, sebab strategi ini memungkinkan terbentuknya kelompok belajar kecil yang terstruktur
dengan baik dan terfokus pada pokok bahasan yang sedang dipelajari. Keberhasilan
dalam belajar bukan hanya diperoleh dari peran tutor, melainkan juga dari peran
aktif warga belajar dalam proses pembelajaran.
Kedua.
Strategi pembelajaran ekspositori dapat diterapkan pada warga belajar yang
memiliki efikasi diri rendah, sebab strategi ini dapat melayani warga belajar
dalam bentuk penyampaian materi secara keseluruhan berupa pengetahuan, fakta,
prosedur, konsep, teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti
yang mendukung.
Ketiga,
Pemilihan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan efikasi diri warga
belajar sebab strategi pembelajaran yang
sesuai dengan efikasi diri akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi. Pelaksanaan
pembelajaran akan tercipta secara kondusif, jika tutor memiliki kemampuan dalam
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik warga
belajar, salah satunya efikasi diri masing-masing warga belajar
C. Saran
1.
Tutor
disarankan untuk membuat rencana pembelajaran yang mencakup aktivitas Tutor dan
warga belajar dalam proses pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut disusun
dengan memperhatikan tentang apa yang harus dilakukan oleh Tutor dan bagaimana
aktivitas yang perlu dilakukan oleh warga belajar. Tutor disarankan untuk
selalu memberikan rangsangan agar warga belajar mempunyai rasa ingin tahu (curiousity) dengan cara memberikan umpan
balik terhadap hasil pekerjaan/penyesaian tugas kelompok maupun individu.
2.
Tutor diharapkan sudah mengetahui efikasi diri warga
belajarnya, sehingga dapat mempersiapkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik atau efikasi diri
warga belajar. Pada akhirnya dalam memilih strategi pembelajaran, perlu
memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakterisrik dari warga belajarnya.
Penerapan strategi kooperatif dan ekspositori dalam kelas tidaklah dilakukan
pemilahan warga belajar berdasarkan
efikasi diri, masing-masing warga belajar dilayani secara klasikal. Namun
penerapan strategi tersebut berdasarkan topik/pokok bahasan dan sub bahasan.
Jadi tidak semua topik materi ajar disampaikan melalui strategi kooperatif atau
ekspositori.
3. Peran Ketua PKBM sebagai
supervisor pendidikan hendaknya selalu memberikan bimbingan profesional kepada
para Tutor dalam melaksanakan tugas pokoknya. Ketua PKBM diharapkan dapat
memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Tutor, terutama dalam merencanakan
dan melaksanakan kegiatan pembelajar-an di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak,
Ishak, “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda,” dalam bulletin VISI
Nomor 15/TH XI/2003, Ditjen Diklusepa, Depdiknas, 2003, hh 14-25.
Anastasi, Anne, dan Urbina, Susana. Psichological
Testing. Canada: Prentice-Hall International, Inc., 1988
Anderson, Lorin
W, and David R.Krathwohl., Taxonomy for Learning Teaching and
Assessing, A Revision of Bloom’s
Taxonomy 0f Educational Objectives, New
York, Addison Wesley Longman, Inc, 2001.
Arends, Richard
I, Learning to Teach, Fourth Edition,
Singapore:
McGraw-Hill, 1998.
Aronson, Elliot,
The Jigsaw Classrom: A Cooperative Technique (http:// jigsaw.org/,
2000.
Bandura, A, Social Foundations of Thought and Action: A
Social Cognitif Theory, Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1986.
________, Self
Efficacy: Toward in Unifying Theory of Behavioral Change: Pschological Review, 84, 1997 (http:www.emry.edu. EDUCATION/
mfp.html),
________,
Perceive Self Efficacy in Cognitive Development and Functioning, American Psychologist, 28(2), 1993,
Baron, Robert A,
Social Psychology, dalam terjemahan
Ratna Juwita. Jakarta; Erlangga, 2003
Bloom, Benyamin
S Taxonomy of Objectives: The Classification
of Educational Goals, New York:
Longman Inc, 1956
________, Taxonomy of Educational Objective. Handbook
I Cognitive Domain. New York:
Longman. 1979.
Borg, Walter S,
etc, Educational Research; An
Introduction. New York & London: Longman Inc, 1983
Boufart,
Parent, and Larivee, Influence of Efficacy on Self Regulation and Performance
among Junior and Senior High School Aged Student, International Journal of Behavioral Development, New York, (14), 1991.
Budiharho,
Paulus, Mengenal Teori Kepribadian
Mutakhir, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Carol, Seefeldt dan Barbour, Nita. Early Childhood
Education an Introduction, New York:
Mac Millan Publishing Company. 1994.
Cassidy,
Simon The Computer Self Efficacy Web
Site, 1998 (http://www.salford.ac.uk/healthSci/Selfeff.html)
Decker A. Carol.
“Training Transfer: Perception of Computer Use Self Efficacy among University
Employess”. Journal of Vacational and
Technical Education, 14 (2), 1996
Depdiknas, Kurikulum Program Paket B Setara SLTP dan
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bidang Studi IPS-Ekonomi. Jakarta: Dit. Dikmas,
2000.
_________, Pedoman Penyelenggaraan
Program Paket B Setara SLTP. Ditjen PLSP, Jakarta, 2004.
_________, Data Dan Informasi Program
Pendidkan Luar Sekolah dan Pemuda, Ditjen PLSP, Jakarta, 2004.
_________, Konsep Dasar IPS-Ekonomi,
Ditjen Dikdasmen, Dit.Tenaga Kependidikan, Jakarta, 2003
_________, Hasil Ujian Nasional Paket B tahun Pelajaran 2003/2004 Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan,
Balitbang Diknas, Agustus 2004
Dick, Walter dan
Carey, Lou. The Systematic Design of
Instruction, 3rd Glenview,
Illinois: Scott Foresman and
Company, 1990.
Dimyati
dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Fraenkel,
J. R. dan Norman,
E. W., How To Design And Evaluate
Research In Education. New York: McGraw-Hill Publishing Company. 1990.
Gagne,
R.M, Leslie J. Briggs and Walter W. Wager, Principles
of Instructional Desain. New York:
Holt, Rinehart and Winston. 1979.
Good,
Thomas L and Jerome E. Brophy. Educational
Psychology London:
Longman, 1990.
Gredler,
Margareth E.Bell, Belajar dan
Membelajarkan, terjemahan Munadir. Jakarta:
PT. Radja Grapindo Persada, 1994.
Gronlund, N.E.
and Robert L. Linn. Measurement and
Evaluation in Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company. 1990.
Guilford, J. P., Psychometric Methods. New
York: McGraw-Hill Book Company, Inc. 1954.
Hermawan, Wawan. Pengantar Ilmu
Ekonomi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Hjelle A. Larry dan Daniel J. Ziegler. Personality Theories. New
York: McGraw-Hill Inc, 1992.
Johnson,
David W., Roger T.Johnson, and Edythe J. Holubec. Cooperation in the Classroom, MN: Interaction Book Company, 1990.
Julaeha,
Siti. Self Efficacy for Learning. Jakarta, Universitas
Terbuka: Jurnal Pendidikan Volume 2, Nomor 2 September 2001, hh.97-100.
Lafrancois, G.R.
Psychology for Teaching. Belmont California:
Wadsworth Publishing Co, 1975.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2004.
Murwani, Santosa, Statistika Terapan (Teknik Analisis Data)
Jakarta: Program Pascasarjana UNJ, 1999
Musnir,
Kiki Nadya, Pengembangan Desain Pelatihan Efikasi Diri (Self Efficacy) pada Guru, Program
Magister Psikologi Pasca Sarjana, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta,
2006.
Muller, D. J. Measure Social Attitudes. A Handbook for
Researchers and Practitioners. New York: Teacher College Press. 1986.
Naga, Dali S., Pengantar Teori Sekor
pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma. 1992.
Newlin, Michael,
Self Efficacy and Chilhood Depression,
2006 (http://www.wadworth.com/psychology
Study center/student/ common/hot.topics/index.html)
Pajares, F. Self-efficacy Belief in Academic Settings. Review
of Educational Research, 66 (4), 1996, (http://www.coe.ohio-state.edu/hypertext/mac%20
projects2/speak1/paj.html
_____, Current
Direction in Self Efficacy Research, 2002 (http//www.emory.edu/EDUCATION/Mfp/effchapter.html)
______, Overview
of Social Cognitive Theory and Self Efficacy (http://www.emory.
edu/Educa-tion/mfp/eff.html)
Pittzer, Ron
etc., Older Leaners and Self Efficacy, 2006, (http:/www.cyfc.um.
edu/Parenting/Familiylife/olderlearners.html)
Popham, W.
James. Modern Educational Measurement.
Englewood
Cliffs: Prentice-Hall Inc., 1981.
Reigeluth, Charles M. Intructional-Design
Theories and Model: An Overview of their Current Status. London, Lawrence Erlbaum
Associates Publisers ,1983.
_________,
Intructional-Design Theories and
Model: A New Paradigm of Instructional
Theory. Vol II, London, Lawrence Erlbaum
Associates Publisers ,1999.
Romiszowski, A. Designing Instructional System, London: Kogan Page, Ltd,
1981.
Said,
Hamid Hasan, Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial,
Bandung: FPIPS, IKIP Bandung, 1996.
Sandy
D., Staples etc, A Self Efficacy Theory
Explanation for the Management of Remote Workers in Organization, 2006 (http://www.ascuss.org/www
board/www board.html)
Schuncke, George
M, Elementary Social Studies: Knowing,
Doing, Caring, New York:
Macmilan Pub, Co.,1998
Shavelson R.J.,
G. Baxter and J. Pine. Performance
Assessment: Political Rhetoric and Measurement Reality, 1997, (http://www.nap.edu/
nap/online/nses/orde.html p. 2).
Slavin, R.E. Cooperative Learning, Theory, Research and
Practice, Second Edition, Boston:
Allyn and Bacon. 1988.
Stahl, R.J. Cooperative Learning Social Studies. New York: Addison
Wesley, 1994.
Sudirdjo,
Sudarsono, dkk, Media Pembelajaran Sebagai Pilihan dan Strategi Pembelajaran,
dalam buku Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: UNJ, 2004
Sudjana, Nana. Desain dan Analisis
Eksperimen, Edisi. 4 Bandung: Tarsito, 2002.
_______, Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. 1989.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Rosdakarya, 2003.
Suparman, Atwi. Desain Instruksional.
Jakarta: PAU-UT, 1987.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Ed.1., Cet.12, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2003.
Surya,
Mohammad. Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004,
Suyanto dan Nurhadi. IPS Ekonomi SLTP
Jilid 3 untuk Kelas 3. Jakarta:
Erlangga, 2002.
Syamsudin
Makmun, Abin. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Tripp, Mark A, Persepctive on the Development and
Influence of Self Beliefs, 2000 (http:/www.umm.maine.edu/BEX/students/Mark
Tripp/mt310. html).
Wahyudin.
“Penyusunan dan Validasi Kuesioner Iklim
Lingkungan Pembelajaran dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
Ke-9 Nomor 043, Juli 2003, (Jakarta:
Balitbang Diknas).
Warsito, Hadi,
Hubungan antara Self Efficacy dengan Penyesuaian Akademik dan Prestasi
Akademik, dalam Journal Psikologi, Bandung:
Universitas Padjadjaran, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar