Rabu, 04 April 2012

EFIKASI DIRI WARGA BELAJAR TERHADAP CAPAIAN HASIL BELAJAR



EFIKASI DIRI WARGA BELAJAR TERHADAP  CAPAIAN HASIL BELAJAR

Muktiono Waspodo 



PENDAHULUAN

Mutu pendidikan nasional tidak dapat bertumpu hanya pada pendidikan formal, tetapi juga pada pendidikan nonformal. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan nonformal (luar sekolah) mempunyai ciri khusus, yaitu kegiatan pendidikannya dikelola dan diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal. Program pendidikan nonformal antara lain meliputi pendidikan keaksaraan yang bertujuan untuk pemberantasan buta aksara dan peningkatan ketrampilan fungsional; pendidikan kesetaraan  (Paket A, B, dan C), dan pendidikan berkelanjutan melalui kegiatan kursus/pelatihan yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Pendidikan kesetaraan memiliki peran yang strategis untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang belum terpecahkan secara menyeluruh oleh penyelenggaraan pendidikan formal. Ishak Abdulhak (2003: 14-25) mengemukakan bahwa persoalan sekarang, bagaimana lembaga pendidikan nonformal memaknai dan mengembangkan program untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat tersebut sehingga anggota masyarakat memiliki sumber daya yang berkualitas. Kondisi ini memiliki keterkaitan terhadap strategi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal agar dilaksanakan dengan cermat dan berkesinambungan.
Dalam konteks artikel ini, akan difokuskan pada Program Paket B setara SLTP yang secara resmi telah dimulai sejak tahun 1994. Program ini diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang karena tidak dapat mengikuti atau menyelesaikan pendidikan di SLTP. Program Paket B ini juga dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan wajib belajar


pendidikan dasar 9 tahun. Program pembelajaran  diselenggarakan dengan memperhatikan kebutuhan belajar masyarakat.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program kejar paket B, perlu menyiapkan tutor yang berkompeten, salah satunya  kemampuan tutor menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik warga belajar. Tanpa adanya kemampuan Tutor, maka sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tidak ada strategi yang terbaik untuk semua karakteristik sasaran dan tujuan pembelajaran. Untuk itu diperlukan kecermatan dan kreatif  tutor dalam rangka membelajarkan warga belajarnya.
Hasil pemantauan di lapangan menunjukan bahwa masih banyak tutor yang menggunakan strategi konvensional yang lebih menekankan pada penggunaan metode ceramah. Pola pembelajaran yang dikembangkan kurang kondusif, warga belajar hanya menjadi obyek pembelajaran. Kondisi ini kurang dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, sehingga dapat mengakibatkan prestasi belajar yang dicapai juga kurang optimal. Tutor hanya memberikan pelajaran dengan konsep-konsep materi pelajaran yang bersifat hafalan saja. Proses pembelajaran yang demikian dapat mendorong interaksi yang searah yaitu hanya dari Tutor kepada warga belajar saja. Proses pembelajaran kurang terjadi timbal balik yang dialogis. Kondisi pembelajaran yang demikian menyebabkan warga belajar kurang termotivasi, karena warga belajar hanya akan berusaha menghafal materi yang diberikan oleh tutor, tanpa berusaha mencari dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut mengenai materi IPS-Ekonomi.
Berdasarkan analisis empirik terhadap kondisi pembelajaran IPS-Ekonomi pada Paket B, terdapat beberapa permasalahan yang memerlukan alternatif pemecahannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sistematis dalam rangka mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik warga belajar. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Jenis strategi pembelajaran seperti apa yang dapat diduga mempengaruhi hasil belajar warga belajar? Terdapat berbagai strategi pembelajaran yang saat ini berkembang dalam bidang pendidikan, namun yang akan dikaji dalam artikel ini adalah strategi pembelajaran kooperatif dan ekspositori. Kedua strategi pembelajaran ini diduga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar warga belajar paket B, khususnya pada materi pelajaran IPS-Ekonomi. Selain faktor tutor, pencapaian hasil belajar juga ditentukan oleh  potensi bawaan individu dan karakteristik warga belajar itu sendiri. Faktor kepribadian menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan sebagai potensi bawaan individu yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah tingkat efikasi diri (self efficacy) warga belajar.

PEMBAHASAN

Belajar dan Pembelajaran
Menurut Gagne (1989: 3) belajar adalah proses perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang dicapai selama kurun waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang dimaksudkan disini adanya perbedaan perilaku warga belajar setelah mereka mengikuti  kegiatan pembelajaran. Belajar merupakan perubahan relatif permanen dari potensi perilaku yang terjadi dan dapat diamati  Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sukmadinata (2003; 186-190) menegaskan belajar merupakan kegiatan mental individu yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pikir yang belajar. Hasil belajar dapat dikaitkan dengan  terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap (Gagne, 1989: 4-7).
Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari 3 komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi  internal, dan hasil belajar. Menurut Gagne (1989: 189) belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri atas informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.
Pengertian tersebut didukung oleh pernyataan Gredler (1991:188-189) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku manusia yang dapat diinferensikan dengan membandingkan tingkah laku sebelum dikondisikan dalam situasi  belajar dengan tingkah laku yang ditujukan setelah adanya perlakuan. Belajar merupakan suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman yang diperolehnya. (Gage dan Berliner, 1984: 252). Belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, sehingga mereka akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 115-117).
Menurut teori belajar conditioning Pavlov, belajar adalah suatu proses mengasosiasikan respon yang sudah dimilikinya dengan stimulus baru atau isyarat (Gagne, 1989: 4). Implikasi pada pembelajaran dari teori tersebut, menekankan pada pengkondisian proses pembelajaran secara ketat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Thorndike melakukan percobaan (instrumental condisioning), dan dibuktikan terjadi pembentukan hubungan antara rangsangan dan perilaku tertentu. Terdapat tiga hukum pembelajaran dalam teori Thorndike yakni hukum hasil (law of effect), hukum latihan (law of exercise), hukum kesiapan (law of readiness). Atas dasar ketiga hukum ini, maka pembelajaran akan lebih efektif apabila memberikan hasil yang memuaskan, disertai dengan banyak latihan dan memiliki kesiapan untuk belajar.
 Dalam proses pembelajaran, unsur yang perlu diperhatikan terutama pada aspek perbedaan individual, kesiapan untuk pembelajaran, dan motivasi. Dalam mengembangkan suasana kelas yang kondusif, teori Skinner menyarankan sebagai berikut; (1) menganalisis keadaan lingkungan kelas; (2) mengembangkan hal-hal yang dapat menjadikan peneguhan positif; (3) memilih perilaku pembelajaran yang akan diterapkan di kelas; (4) menerapkan perilaku pembelajaran, dengan pengendalian untuk mencatat dan menyesuaikan jika diperlukannya. Teori belajar pengolahan informasi yang menjabarkan bahwa proses belajar sebagai suatu gambaran sistem syaraf pusat manusia. Karena mengacu pada proses kognitif, maka proses neurofisiologi menjadi penting bila menggambarkan teori psikologi belajar kognitif (Romiszowski, 1981:10).
Reigeluth (1983: 40-41) mengemukakan terdapat dua teori utama yang melandasi kegiatan pembelajaran pada umumnya yakni; teori pembelajaran deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif. Teori pembelajaran deskriptif lebih berhubungan dengan warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. Sedangkan teori pembelajaran preskriptif menjelaskan bagaimana kiat-kiat guru dalam membimbing siswa selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Reigeluth (1983:19) pembelajaran sebaiknya didasarkan pada  teori  pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar, dengan memperhatikan 3 variabel kondisi, metode dan hasil.
Dalam konsep teknologi pendidikan, Yusufhadi Miarso (2004: 528) menegaskan  istilah pembelajaran (instruction) dibedakan dengan pengajaran (teaching). Pembelajaran, disebutkan juga kegiatan pembelajaran atau instruksional adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif  tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi/formal.
Menurut Undang-undang  No 20 tahun 2003, pasal 1 bahwa  pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Romiszowski (1981: 110-126) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu perangkat kegiatan yang mempengaruhi orang yang belajar sedemikian rupa sehingga terjadinya proses pembelajaran. Proses pembelajaran   melibatkan dan  mengarahkan aktivitas warga belajar untuk mencapai berbagai tujuan yang telah direncanakan secara sistematis. Variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) kondisi pembelajaran yaitu faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran; (2) metode pembelajaran, yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil yang berbeda pada kondisi yang berbeda; (3) hasil pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang berbeda (Reigeluth, 1983 : 42-46).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka terdapat empat prinsip penting dalam belajar yakni; (1) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman/latihan yang dilakukan secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (relatif menetap); (3) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan memberikan manfaat bagi individu; (4) belajar merupakan perubahan yang terarah dalam \mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran (instruction) adalah usaha untuk mengelola lingkungan dengan memanfaatkan aneka sumber belajar dengan sengaja agar seseorang  membentuk diri secara positif  tertentu dalam kondisi tertentu.


Hasil Belajar
Gagne, Briggs dan Wager (1979 : 24-30) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diamati melalui kinerja warga belajar. Terdapat lima jenis hasil belajar yaitu (1) keterampilan intelektual, yakni suatu kemampuan membuat seseorang menjadi kompeten terhadap suatu subjek sehingga mereka dapat mengelompokkan, mengidentifikasi, mendemonstrasikan dan menggenerali-sasikan suatu gejala, (2) strategi kognitif, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi orang tersebut, (3) informasi verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah, (4) Sikap, yaitu kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek, (5) keterampilan motorik, yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan otot secara teratur dan lancar dalam keadaan sadar.
Reigeluth (1983: 36-52) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga indikator, yaitu (1) efektivitas pembelajaran yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari berbagai sudut, (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan/atau biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur  dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus. Menurut Bloom (1956: 17-18), hasil belajar adalah perolehan warga belajar setelah mengikuti proses belajar dan perolehan belajar meliputi tiga bidang kemampuan yaktu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi perolehan hasil belajar dengan tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan afektif meliputi jenjang penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik. Sedangkan kemampuan psikomotorik meliputi tingkat persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa, dan gerakan komplek,   penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Reigeluth (1983: 4-8) mengatakan bahwa hasil belajar dirumuskan sebagai perilaku yang dapat diamati yang menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. Penilaian dan belajar menurut Shavelson, Baxter dan Pine, merupakan dua sisi mata uang. Metoda yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pembelajaran dipergunakan untuk memberikan informasi bagaimana tutor harus mengajar dan bagaimana warga belajar harus belajar (1997, http://www.nap.edu/nap/online/nses/orde.html: 2).
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai warga belajar setelah selesai mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu

Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey (1990: 106) mengatakan, strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama materi tersebut. Terdapat 5 komponen strategi pembelajaran yakni; (1) kegiatan pembelajaran pendahulu-an, (2) penyampaian informasi; partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan  lanjutan. Menurut Atwi Suparman (1987: 165-191) strategi pembelajaran merupakan perpadu-an dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, warga belajar, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan  Briggs (1979: 14) mengatakan strategi pembelajaran berkaitan dengan penentuan urutan yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dan memutuskan bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan instruksional bagi masing-masing individu. Yusufhadi Miarso (2005: 530) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam sistem suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan alternatif yang didasari oleh suatu pola sebagai tindakan pada serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini menerapkan 2 (dua) jenis strategi pembelajaran yaitu kooperatif (cooperative) dan ekspositori (expository).

Strategi Pembelajaran Kooperatif.
         Menurut Arends (1998: 223), strategi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada warga belajar (learner-centered principles of learning) Stahl (1994: 19) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) belajar bersama teman, (2) terjadi tatap muka dengan teman, (3) saling mendengar pendapat teman, (4) produktif berbicara, keputusan tergantung pada warga belajar sendiri, dan (5) warga belajar dapat aktif dalam belajar. Selanjutnya Stahl (1994: 10-15), mengemukakan beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh tutor dalam menggunakan strategi kooperatif di kelas, yakni sebagai berikut: (a) Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran. (b) Penerimaan yang menyeluruh oleh warga belajar tentang tujuan belajar. (c) Ketergantungan yang bersifat positif. (d) Keterbukaan dalam interaksi pembelajaran. (e) Tanggung jawab individu. (f) Pengakuan dan penghargaan kelompok yang sukses.  (h) Sikap dan perilaku sosial yang positif. (i) Debriefing (refleksi dan internalisasi), dan (j) Kepuasan dalam belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas yang dimaksud dengan strategi pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada kerjasama antar warga belajar dalam kelompok belajar sehingga diharapkan dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Strategi Pembelajaran Ekspositori. 
Romiszowski (1981:292-293) berpendapat bahwa strategi pembelajaran ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan informasi. Strategi ini erat kaitannya dengan pendekatan deduktif dimana metode ini dimulai dengan penyajian informasi mengenai prinsip atau kaidah kemudian diikuti dengan tes penguasaan, penerapan dalam bentuk contoh dan penerapan pada situasi tertentu. Nana Syaodih (2003:183) mengemukakan bahwa bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi serta disampaikan oleh tutor. Warga belajar berperan pasif, mereka berusaha menerima, menghafal, memahami dan menggunakan pengetahuan yang diberikan tutor. Mereka juga  berusaha mengerjakan latihan, dan  tugas yang diberikan oleh tutor. Penggunaan strategi pembelajaran ini lebih praktis terutama dirasakan bila menghadapi jumlah warga belajar yang sangat banyak, keterbatasan sarana dan prasarana belajar, keterbatasan biaya serta waktu belajar.
Pada penerapan strategi tersebut, warga belajar diharapkan siap untuk menerima apa yang diberikan oleh tutor atau mengikuti apa yang diberikan oleh tutornya. Strategi ini cenderung menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi, atau pengalaman pribadi dengan menggunakan teknik ceramah, demonstrasi, diskusi dan laporan studi. Dengan demikian peran tenaga pengajar menjadi lebih dominan dibandingkan dengan warga belajarnya.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan kegiatan pembelajaran yang terpusat pada tutor. Dengan demikian tutor aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan materi pelajaran/pokok bahasan. Dimyati (2002: 172-173) mengemukakan bahwa peranan tutor yang penting adalah sebagai berikut: (1) penyusunan program pembelajaran; (2) pemberian informasi yang benar; (3) pemberian fasilitas belajar yang baik; (4) pembimbing warga belajar dalam pemrolehan informasi yang benar dan (5) penilaian pemrolehan informasi. Yusufhadi Miarso, (2005: 531) mengemukakan bahwa peran warga belajar yang penting adalah; (1) pencari informasi yang benar; (2) pemakai media dan sumber  yang benar; (3) menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian tutor.  Penerapan strategi ekspositori ini berlangsung sebagai berikut; (1) informasi disajikan kepada pembelajar; (2) diberikan tes penguasaan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu; (3) diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal, dengan jumlah dan tingkat kesulitan yang bertambah;  diberikan kesempatan penerapan informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.          
Dengan demikian yang dimaksud pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses deduktif, pembelajaran yang didasarkan pada proses meaningful reception learning  Strategi ini cenderung  menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi atau pengalaman pribadi dengan menggunakan teknik ceramah, demonstrasi, diskusi dan laporan studi.

Efikasi Diri
Bandura (1993:146) mengemukakan efikasi diri adalah  suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dengan baik. Terdapat dua jenis efikasi diri menurut Bandura yaitu efikasi diri tinggi dan efikasi diri  rendah. Seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi, ia melihat dirinya mampu berhubungan dengan orang lain dan pengaruh yang terjadi akibat dari interaksi/hubungan tersebut. Orang yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki usaha yang kuat untuk menyelesaikan  tugas-tugas yang relatif sulit dan mereka tidak memiliki perasaan gagal terhadap kemampuannya.  Efikasi diri tinggi memiliki harapan yang kuat untuk sukses. Orang yang memiliki efikasi diri rendah pada umumnya dihinggapi perasaan gagal, akhirnya menuju kepada hasil yang kurang memuaskan dan menjadikan kepercayaan dirinya rendah. Bandura mengemukakan bahwa Efikasi diri diperoleh melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber yakni performance experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological state. Kro’s (1995: 291-293) mengutip Bandura bahwa efikasi diri mempengaruhi bagaimana perasaan seseorang, berfikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku.
Menurut Schunk  yang dikutip oleh Juleha (2001: 97-100) bahwa efikasi diri dalam proses belajar adalah keyakinan warga belajar terhadap kemampuan koginitifnya untuk menyelesaikan tugas atau tujuan khusus yang terkait dalam kegiatan pembelajaran. Hjelle dan Ziegler (1992: 363) berpendapat efikasi diri  adalah penilaian yang dilakukan warga belajar untuk menilai kemampuannya sendiri dalam melaksanakan tugas dengan baik. Kemampuan diri membantu warga belajar untuk memilih tujuan yang diharapkan serta menentukan besarnya usaha yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Carol A. Decker (1996:14). mengemukakan bahwa terdapat empat sumber yang mempengaruhi efikasi diri yakni: perbuatan (refleksi hasil kegiatan diri sendiri), kesenangan (didasarkan perbandingan antara diri sendiri dengan orang lain), persuasori (hasil bujukan), emotif (perasaan yang dialaminya) Newlin menunjukkan, efikasi diri memiliki hubungan yang bervariasi terhadap perilaku, termasuk: produktivitas organisasi, pilihan karir, penurunan berat badan, kemampuan akademik dan kemampuan pemasaran. Efikasi diri mempengaruhi tingkat usaha seseorang, yakni ketahanannya terhadap tugas, pilihan terhadap tugasnya dan peniruan perilaku (http://www. wadsworth.com/ psychology). Efikasi diri menurut Staples, terkait dengan perilaku individu, lingkungan dan faktor kognitif yang saling berhubungan. Seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi,  percaya bahwa ia mampu menguasai tantangan, sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah, nampak menurun usahanya atau bahkan tidak melakukan apa-apa (http://www.ascuss.org/wwwboard/wwwboard.html). Pajares (1996:20-35) mengemukakan bahwa efikasi diri sebagai suatu keyakinan individu yang dapat mempengaruhi tindakan belajar dan kemauan untuk menyelesaikan tugas yang terkait tujuan pembelajaran.
Newlin (1995: 1) mengemukakan,  paling tidak ada tiga sumber yang penting dalam formasi efikasi diri yakni; (1) seseorang melihat pelaksanaan tugasnya sendiri, atau apa yang telah mereka perbuat pada waktu lampau.  Perlaksanaan  tugas yang berhasil mendorong efikasi diri seseorang menjadi tinggi; (2) informasi penting bersumber dari berbagai pengalaman, atau pengamatannya terhadap kinerja orang lain. Melihat seseorang dapat melaksanakan tugas dengan baik dapat meningkatkan efikasi diri; (3) informasi penting yang bersumber dari persuasi verbal. Argumen yang didukung oleh kemampuan untuk melaksanakan tugas dapat meningkatkan efikasi diri.
Efikasi diri seseorang  dapat diketahui melalui kecakapannya, komunikasi dengan orang lain serta emosinya, sebagaimana dikemukakan oleh Pitzer dan Meyer, kecakapan personal adalah sumber informasi, sebagai bagian pengalaman hidup yang memiliki kontribusi kepada konsep diri, persuasi verbal dan bentuk lain dari pengaruh sosial,  memiliki kontribusi pada kepekaan efikasi diri (http://www.cyfc.umn.edu Parenting/Familylife/ olderlearners.html).
         Efikasi diri menurut Cassidy, diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam menghadapi tugasnya secara menyeluruh. Efikasi diri ditentukan oleh; pengalaman seseorang sebelumnya seperti baik atau tidak baik; pengalaman yang mewakilinya seperti pengamatannya terhadap kesuksesan dan kegagalan; persuasif verbal, misalnya dari teman sebaya, kolega atau relasinya yang menyebabkan keyakinan dan keraguan serta keadaan fisiknya seperti adanya kelelahan fisik dan ketegangan yang mengakibatkan kecemasan dirinya (http://www. salford.ac.uk/healthSci/Selfeff.html,1998). Efikasi diri sebagai pengontrol dan pengarah tindakan individu  terhadap pilihan untuk melakukan tindakan (choice behavior) dan usaha atau unjuk kerja individu guna merealisasikan tindakan (effort performance)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan dalam menghadapi situasi dan tugas tertentu mencakup dimensi performance experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological state.
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Warsito (2004. 92-109) untuk mempelajari secara empirik hubungan self efficacy, penyesuaian akademik, dan prestasi akademik mahasiswa, temuan pada penelitian ini menunjukan hubungan kausal yang bersifat positif, apabila seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih merasa sukses dan memiliki kinerja yang lebih besar dalam  prestasi akademik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki efikasi rendah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Bouffart, Parent, dan Larivee (1991: 153-154) diketahui bahwa para mahasiswa dengan efikasi tinggi yang sukses dalam memecahkan masalah tampak kinerjanya lebih besar dan tetap bertahan lama belajar dibandingkan dengan efikasi diri yang lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Julaeha (2001: 97-100), menunjukan bahwa perbuatan belajar yang terjadi pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan efikasi dirinya. Apabila kegiatan belajar mengarah kepada perbuatan yang positif, seperti keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya untuk mengatasi situasi keadaan, dan berusaha keras, tidak mudah menyerah dengan rintangan yang ada, maka warga belajar akan dapat mencapai prestasi hasil belajar yang tinggi pula.
Strategi pembelajaran kooperatif dan ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang dapat digunakan Tutor dalam mengarahkan warga belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran kooperatif memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi  warga belajar untuk belajar bekerjasama dalam kelompok secara efektif, lebih banyak memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk aktif terlibat  proses konstruksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kelompok-kelompok, penghargaan prestasi tidak hanya diberikan untuk individu tetapi juga untuk kelompok, dan tingkat kemampuan warga belajar  lebih terkontrol. Sedangkan strategi pembelajaran ekspositori lebih menekankan pada pengembangan kemampuan belajar menerima (reception learning).          
Warga belajar yang memiliki efikasi diri tinggi, terdapat keyakinan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit dan merasa yakin terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Dalam pembelajaran kooperatif selain memungkinkan warga belajar untuk lebih berhasil dalam belajar, juga memungkinkan bagi warga belajar untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya secara penuh dalam suasana yang terbuka dan demokratis. Lingkungan pembelajaran tersebut, bagi warga belajar yang memiliki efikasi diri tinggi tidak akan merasa terhambat untuk berinteraksi dalam kelompok. 
Warga belajar yang memiliki efikasi diri rendah, terdapat keraguan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Keraguan atas kemampuan dirinya menyebabkan warga belajar tersebut menjadi kurang percaya diri sehingga berusaha menghindari tugas-tugas yang dianggap sulit baginya. Pada umumnya mereka merasa tidak akan mampu untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Pada umumnya warga belajar cenderung pasif dan kurang berani untuk berinisiatif sendiri dalam kegiatan pembelajaran.
Penggunaan strategi pembelajaran ekspositori, menuntut tutor untuk lebih aktif memfasilitasi warga belajar untuk belajar dan tetap memerlukan  keterlibatan warga belajar dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi demikian warga belajar yang memiliki efikasi diri rendah  akan merasa lebih tenang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Warga belajar tidak merasa tertekan untuk melakukan aktivitas belajar  dalam kelompok. Mereka akan memperhatikan dengan seksama materi pelajaran yang diberikan oleh tutor tersebut
Strategi pembelajaran dipilih dengan maksud untuk mempermudah pencapaian hasil belajar warga belajar. Dengan demikian strategi pembelajaran yang baik, apabila sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik individu warga belajar. Pembelajaran yang menyenangkan bagi warga belajar, apabila dirasakan oleh warga belajar kenyamanan dan kesempatan berinteraksi belajar bersama dengan warga belajar lainnya, maka akan meningkatkan kepercayaan dirinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.  Pembelajaran yang kondusif akan terwujud,  jika tutor memperhatikan perbedaan individu warga belajar, salah satunya adalah tingkat efikasi diri warga belajar. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari dalam pengelolaan kelas, setiap tutor perlu mempertimbangkan berbagai perbedaan individu yang terjadi pada warga belajarnya. Efikasi diri akan berpengaruh terhadap pikiran dan tindakan dirinya untuk melaksanakan tugas dan pencapaian hasil belajar.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama. Strategi kooperatif dapat diterapkan pada warga belajar yang memiliki efikasi diri tinggi, sebab strategi ini memungkinkan terbentuknya  kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik dan terfokus pada pokok bahasan yang sedang dipelajari.  Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diperoleh dari peran tutor, melainkan juga dari peran aktif warga belajar dalam proses pembelajaran.
Kedua. Strategi pembelajaran ekspositori dapat diterapkan pada warga belajar yang memiliki efikasi diri rendah, sebab strategi ini dapat melayani warga belajar dalam bentuk penyampaian materi secara keseluruhan berupa pengetahuan, fakta, prosedur, konsep, teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung.
Ketiga, Pemilihan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan efikasi diri warga belajar  sebab strategi pembelajaran yang sesuai dengan efikasi diri akan berpengaruh pada  pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi.  Pelaksanaan pembelajaran akan tercipta secara kondusif, jika tutor memiliki kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik warga belajar, salah satunya efikasi diri masing-masing warga belajar


C. Saran
1.      Tutor disarankan untuk membuat rencana pembelajaran yang mencakup aktivitas Tutor dan warga belajar dalam proses pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut disusun dengan memperhatikan tentang apa yang harus dilakukan oleh Tutor dan bagaimana aktivitas yang perlu dilakukan oleh warga belajar. Tutor disarankan untuk selalu memberikan rangsangan agar warga belajar mempunyai rasa ingin tahu (curiousity) dengan cara memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan/penyesaian tugas kelompok maupun individu.
2.      Tutor diharapkan sudah mengetahui efikasi diri warga belajarnya, sehingga dapat mempersiapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik  atau efikasi diri warga belajar. Pada akhirnya dalam memilih strategi pembelajaran, perlu memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakterisrik dari warga belajarnya. Penerapan strategi kooperatif dan ekspositori dalam kelas tidaklah dilakukan pemilahan warga belajar  berdasarkan efikasi diri, masing-masing warga belajar dilayani secara klasikal. Namun penerapan strategi tersebut berdasarkan topik/pokok bahasan dan sub bahasan. Jadi tidak semua topik materi ajar disampaikan melalui strategi kooperatif atau ekspositori.
3.      Peran Ketua PKBM sebagai supervisor pendidikan hendaknya selalu memberikan bimbingan profesional kepada para Tutor dalam melaksanakan tugas pokoknya. Ketua PKBM diharapkan dapat memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Tutor, terutama dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajar-an di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak, “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,” dalam bulletin VISI Nomor 15/TH XI/2003, Ditjen Diklusepa, Depdiknas, 2003, hh 14-25.

Anastasi, Anne, dan Urbina,  Susana. Psichological Testing. Canada: Prentice-Hall International, Inc., 1988

Anderson, Lorin W,  and David R.Krathwohl., Taxonomy for Learning Teaching and Assessing, A Revision  of Bloom’s Taxonomy 0f Educational Objectives,  New York, Addison Wesley Longman, Inc, 2001.

Arends, Richard I, Learning to Teach, Fourth Edition, Singapore: McGraw-Hill, 1998.

Aronson, Elliot, The Jigsaw Classrom: A Cooperative Technique (http:// jigsaw.org/, 2000.

Bandura, A, Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitif Theory, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall,  1986.

________, Self Efficacy: Toward in Unifying Theory of Behavioral Change: Pschological Review, 84, 1997 (http:www.emry.edu. EDUCATION/ mfp.html),

________, Perceive Self Efficacy in Cognitive Development and Functioning, American Psychologist, 28(2), 1993,

Baron, Robert A, Social Psychology, dalam terjemahan Ratna Juwita.  Jakarta; Erlangga, 2003   

Bloom, Benyamin S Taxonomy of Objectives: The Classification of Educational Goals, New York: Longman Inc, 1956

________, Taxonomy of Educational Objective. Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman. 1979.

Borg, Walter S, etc, Educational Research; An Introduction. New York & London: Longman Inc, 1983

Boufart, Parent, and Larivee, Influence of Efficacy on Self Regulation and Performance among Junior and Senior High School Aged Student, International Journal of Behavioral Development, New York, (14), 1991.

Budiharho, Paulus, Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir, Yogyakarta: Kanisius, 1997.

Carol, Seefeldt dan Barbour, Nita. Early Childhood Education an Introduction, New York: Mac Millan Publishing Company. 1994.
     
Cassidy, Simon The Computer Self Efficacy Web Site, 1998  (http://www.salford.ac.uk/healthSci/Selfeff.html)

Decker A. Carol. “Training Transfer: Perception of Computer Use Self Efficacy among University Employess”. Journal of Vacational and Technical Education, 14 (2), 1996

Depdiknas, Kurikulum Program Paket B Setara SLTP dan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bidang Studi IPS-Ekonomi. Jakarta: Dit. Dikmas, 2000.

_________, Pedoman Penyelenggaraan Program Paket B Setara SLTP. Ditjen PLSP, Jakarta, 2004.

_________, Data Dan Informasi Program Pendidkan Luar Sekolah dan Pemuda,  Ditjen PLSP, Jakarta, 2004.

_________, Konsep Dasar IPS-Ekonomi, Ditjen Dikdasmen, Dit.Tenaga Kependidikan, Jakarta, 2003

 _________, Hasil Ujian Nasional Paket B tahun Pelajaran 2003/2004    Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Diknas,  Agustus 2004

Dick, Walter dan Carey, Lou. The Systematic Design of Instruction, 3rd Glenview, Illinois: Scott Foresman and Company, 1990.

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Fraenkel, J. R. dan Norman, E. W., How To Design And Evaluate Research In Education. New York:  McGraw-Hill Publishing Company. 1990.

Gagne, R.M, Leslie J. Briggs and Walter W. Wager, Principles of Instructional Desain. New York: Holt, Rinehart and Winston. 1979.

Good, Thomas L and Jerome E. Brophy. Educational Psychology London: Longman, 1990.

Gredler, Margareth E.Bell, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan Munadir. Jakarta: PT. Radja Grapindo Persada, 1994.
Gronlund, N.E. and Robert L. Linn. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Publishing Company. 1990.
    
Guilford, J. P., Psychometric Methods. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. 1954.

Hermawan, Wawan. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.

Hjelle A. Larry dan Daniel J. Ziegler. Personality Theories. New York: McGraw-Hill Inc, 1992.

Johnson, David W., Roger T.Johnson, and Edythe J. Holubec. Cooperation in the Classroom,  MN: Interaction Book Company, 1990.

Julaeha, Siti. Self Efficacy for Learning. Jakarta, Universitas Terbuka: Jurnal Pendidikan Volume 2, Nomor 2 September 2001, hh.97-100.

Lafrancois, G.R. Psychology for Teaching. Belmont California: Wadsworth Publishing Co, 1975.

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2004.

Murwani, Santosa, Statistika Terapan (Teknik Analisis Data) Jakarta: Program Pascasarjana UNJ, 1999

Musnir, Kiki Nadya,  Pengembangan Desain Pelatihan Efikasi Diri (Self Efficacy) pada Guru, Program Magister Psikologi Pasca Sarjana, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta, 2006.

Muller, D. J. Measure Social Attitudes. A Handbook for Researchers and Practitioners. New York: Teacher College Press. 1986.

Naga, Dali S., Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma. 1992.

Newlin, Michael, Self Efficacy and Chilhood Depression, 2006 (http://www.wadworth.com/psychology Study center/student/ common/hot.topics/index.html)

Pajares, F. Self-efficacy Belief in Academic Settings. Review of Educational Research, 66 (4), 1996, (http://www.coe.ohio-state.edu/hypertext/mac%20 projects2/speak1/paj.html

_____, Current Direction in Self Efficacy Research, 2002 (http//www.emory.edu/EDUCATION/Mfp/effchapter.html)

______,  Overview of Social Cognitive Theory and Self Efficacy (http://www.emory. edu/Educa-tion/mfp/eff.html)

Pittzer, Ron etc., Older Leaners and Self Efficacy, 2006, (http:/www.cyfc.um. edu/Parenting/Familiylife/olderlearners.html)

Popham, W. James. Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs: Prentice-Hall  Inc., 1981.

  Reigeluth, Charles M.  Intructional-Design Theories and Model: An Overview of their Current Status.  London, Lawrence Erlbaum Associates Publisers ,1983.

  _________,  Intructional-Design Theories and Model: A New Paradigm of Instructional  Theory. Vol II, London, Lawrence Erlbaum Associates Publisers ,1999.

Romiszowski, A. Designing Instructional System, London: Kogan Page, Ltd, 1981.

Said, Hamid Hasan, Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Bandung: FPIPS, IKIP Bandung, 1996.

Sandy D., Staples etc, A Self Efficacy Theory Explanation for the Management of Remote Workers in Organization, 2006 (http://www.ascuss.org/www board/www board.html)

Schuncke, George M, Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Caring, New York: Macmilan  Pub, Co.,1998

Shavelson R.J., G. Baxter and J. Pine. Performance Assessment: Political Rhetoric and Measurement Reality, 1997, (http://www.nap.edu/ nap/online/nses/orde.html     p. 2).

Slavin, R.E. Cooperative Learning, Theory, Research and Practice, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon. 1988.

Stahl, R.J. Cooperative Learning Social Studies. New York: Addison Wesley, 1994.

Sudirdjo, Sudarsono, dkk, Media Pembelajaran Sebagai Pilihan dan Strategi Pembelajaran, dalam buku Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: UNJ, 2004

Sudjana, Nana. Desain dan Analisis Eksperimen, Edisi. 4 Bandung: Tarsito, 2002.

_______, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. 1989.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Rosdakarya, 2003.

Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-UT, 1987.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian.  Ed.1., Cet.12, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.

Surya, Mohammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004,

Suyanto dan Nurhadi. IPS Ekonomi SLTP Jilid 3 untuk  Kelas 3. Jakarta: Erlangga, 2002.

Syamsudin Makmun, Abin.  Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Tripp, Mark A, Persepctive on the Development and Influence of Self Beliefs, 2000 (http:/www.umm.maine.edu/BEX/students/Mark Tripp/mt310. html).

Wahyudin. “Penyusunan  dan Validasi Kuesioner Iklim Lingkungan Pembelajaran  dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Ke-9 Nomor 043, Juli 2003, (Jakarta: Balitbang Diknas).

Warsito, Hadi, Hubungan antara Self Efficacy dengan Penyesuaian Akademik dan Prestasi Akademik, dalam Journal Psikologi, Bandung: Universitas Padjadjaran, 1991













Tidak ada komentar:

Posting Komentar